Selasa, 17 Januari 2012

Penjelasan Beberapa Sifat Allah dalam Asmaul Husna

1.Ar-Rahman
Ar-Rahman menghendaki adanya sesuatu yang dikasihani, dan tidaklah sesuatu itu dikasihi kecuali dia membutuhkan. Rahmat yang sempurna ialah memberikan kebaikan kepada semua hamba tanpa pandang bulu, baik yang berhak menerimanya maupun tidak. Kesimpulannya adalah, bahwa rahmat Allah itu bersifat menyeluruh, dunia dan akhirat. Pendapat lainnya mengatakan bahwa Ar-Rahman itu maksudnya adalah “Dzat Yang Menutupi (Merahasiakan dosa-dosa hamba-Nya) di dunia,” sedangkan Ar-Rahim maksudnya adalah “Dzat Yang Mengampuni dosa-dosa hamba-Nya di akhirat.”

2.Ar-Rahim
Ism ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sama dengan lafal Ar Rahman, berasal dari kata rahima, yaitu mencurahkan kebaikan kepada hamba. Karena itu, sebagian besar penjelasan yang telah diberikan untuk lafal Ar Rahman sesuai pula untuk ism ini. Bedanya hanyalah: Rahmat yang terkandung di dalam lafal Ar Rahman mencakup orang beriman dan orang kafir serta untuk seluruh makhluk; sedangkan rahmat yang terkandung di dalam lafal Ar Rahim itu khusus untuk kaum yang beriman (Mukmin) saja. Hal ini di dasarkan pada firman Allah SWT yang artinya:

“… Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab: 43)
Ulama lainnya menyatakan pula pendapat mereka dalam hal perbedaan lafal Ar Rahman dan Ar Rahim itu sebagai berikut:
“Ar-Rahman itu adalah Pemberi Nikmat secara global. Dan Ar-Rahim itu adalah Pemberi Nikmat secara terperinci.”

3.Al-Quddus
Ism ini diambil dari kata qadasa yang artinya “suci,” seperti pada kalimat al-ardh al-muqaddasah yang artinya “tanah suci.”

Maksud dari ism ini adalah, bahwa Allah adalah Dzat yang Mahasuci dari segala kekurangan dan kebinasaan, yang berhak atas sifat-sifat kesempurnaan. Artinya, Allah itu suci dari segala sifat yang dapat dirasakan oleh indera, atau yang dapat dibayangkan oleh khayalan, atau yang didahului oleh persangkaan, atau yang terlintas dalam hati sanubari.

Dalam salah satu hadis yang mulia disebutkan:

“Semua yang terlintas dalam benakmu itu akan binasa, sedangkan Allah tidak demikian.”

Ism ini sering kali dirangkaian dengan ism sebelummnya (Al Malik), karena ada kalanya para raja dunia merusak kekuasaaannya dengan sifat-sifat aniaya dan melanggar hukum. Maka Allah SWT menyatakan bahwa Dia tidak akan merusak kerajaan-Nya seperti yang diperbuat oleh raja-raja itu.

Orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan berakhlak dan berdzikir dengan ism ini hendaklah membersihkan akidahnya dari selain Allah SWT.

4.As-Salam
As Salam artinya: Dzat yang terhindar dari segala kekurangan, atau yang menyelamatkan kaum Mukmin dari siksaan, atau yang menyelamatkan mereka ke dalam surga. Dengan kata lain, Dialah Dzat yang terbebas dari segala aib (cela), sifat-Nya terbebas dari kekurangan, dan perbuatan-Nya terbebas dari kejahatan yang ditujukan kepada diri-Nya.
Berakhlak dengan ism ini menjadikan seorang Mukkmin memelihara lisan dan tangannya dari menyakiti orang lain.

5.Al-Mu'min
Dia yang merupakan Sumber rasa aman dan keamanan dengan menjelaskan sebab-sebabnya dan menutup jalan-jalan yang menakutkan. Keamanan itu tidaklah terbayangkan kecuali di tempat-tempat yang menakutkan, dan tidak ada ketakutan kecuali pada kemungkinan ketiadaan, kekurangan, dan kebinasaan. Mu’min sejati ialah orang yang tidak membayangkan memperoleh rasa aman dan keamanan itu melainkan dari Allah SWT.
Dikatakan bahwa makna lain dari asma Allah Al Mu’min itu ialah yang membenarkan orang-orang pilihan-Nya dengan menampakkan mukjizat dan karamah yang menunjukkan kebenaran mereka, atau membenarkan bagi diri-Nya bahwa Dia benar dalam janji-Nya.
Keberuntungan seorang hamba dengan ism ini disyaratkan, bahwa makhluk lainnya merasa aman berada di sampingnya, bahkan semua orang yang ketakutan mengharap bantuannya untuk menolak kebinasaan dari dirinya, baik dalam urusan agama maupun dunianya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka mestilah tetangganya merasa aman dari kejahatan-kejahatannya. ”
Hamba yang paling berhak atas ism Al-Mu’min ialah mereka yang menjadi sebab keselamatan makhluk dari siksaan Allah, dengan memberi petunjuk ke jalan Allah dan membimbing ke jalan keselamatan. Dan ini merupakan tugas para Nabi dan ulama. Karena itulah Nabi saw. bersabda:
“Sesungguhnya kamu berdesak-desakan di dalam neraka ibarat kupu-kupu, dan aku mengambilmu dengan memegang ikat pinggangmu!”
Sayyid ‘Abdul-Qadir Jailani telah berkata sebagai berikut: “Ketahuilah, bahwa kesamaan dalam nama itu tidak menuntut kesamaan dalam dzat. Dikatakan bahwa pada hari kiamat kelak ada penyeru menyerukan bahwa siapa yang mempunyai nama sama dengan nama salah seorang Nabi, ia disilakan memasuki surga. Di antara kaum itu ada orang-orang yang namanya tidak sama dengan nama para nabi, lalu Allah SWT berkata kepada mereka: ‘Aku Al-Mu’min, dan aku pulalah yang menamakan kamu kaum Mukminin!’ Maka akhirnya mereka pun memasuki surga dengan izin Allah SWT.”



6.Al-Adlu
Kata ini adalah kata dasar, di mana Allah menyifatkan diri-Nya sebagai sifat mubalaghah, yakni bersifat adil yang sempurna. Dia bersih dari sifat aniaya, baik dalam hukum-Nya maupun dalam perbuatan-Nya. Di antara hukum-Nya mengenai hak hamba-hamba-Nya adalah, bahwasanya tidak ada bagi manusia itu kecuali apa yang dia usahakan, dan bahwa hasil dari segala usahanya itu akan dilihatnya. Sesungguhnya orang-orang yang saleh berada di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, dan bahwa orang-orang durhaka akan dimasukkan ke dalam api neraka jahanam.
Keberuntungan seorang hamba beragama dari ism ini adalah percaya bahwa Allah SWT itu sangat adil, yang tidak terbantahkan pengurusan-Nya, hukum-Nya, dan segala af’al-Nya, baik yang sesuai dengan kehendaknya maupun yang tidak sesuai. Sebab, semuanya itu adil. Dia seperti apa yang seharusnya dan atas apa yang seharussnya. Kalau Ia tidak melakukan apa yang telah dilakukan-Nya itu, tentu akan terjadi perkara lain, yang mungkin akan lebih besar mudaratnya.
Berakhlak dengan ism ini menuntut seseorang agar senantiasa adil dalam menghukum, berperilaku, dan berrsikap, dan tidak boleh menganiaya seorang pun.

7.Al-Malik
Al Malik maknanya adalah Dzat yang tidak membutuhkan, baik dalam Dzat maupun Sifat-Nya, sebaliknya segala sesuatu yang ada di jagat raya ini lah yang membutuhkan-Nya. Dia Maharaja Mutlak yang sebenarnya. Dialah yang mengendalikan segala urusan makhluk-Nya dengan saksama tanpa membutuhkan bantuan sedikitpun dari makhluk-Nya.
Tidaklah terbayangkan oleh hamba-Nya, bahwa ia memiliki kerajaan secara mutlak, sebab semua yang dimilikinya itu hakikatnya adalah milik Allah SWT.
Jika seseorang membayangkan kehidupan yang fana ini, betapapun kerajaan yang dimilikinya, tentu akan lenyap disebabkan oleh dua perkara: pertama, karena kematian dan berpindahnya kerajaan itu kepada orang lain, padahal Allah SWT adalah Penguasa kehidupan, kematian dan kebangkitan; kedua, gugurnya pengakuan kekuasaan bagi selain Allah, yaitu sesudah ditiupkan sangkakala pertama, yakni ketika Allah SWT menyerukan (QS Al Mu’min: 16)

8.Al-Khalik
Al khalik berartiyang Maha Pencipta. Alam semesta tidak mungkun tercipta dengan sendirinya atau secara kebetulan. Alam semesta pasti ada yg menciptakan dan Allah swt. lah sang pencipta itu.

9.Al-Gaffar
Asal kata Al Ghaffar itu adalah sitr dan taghthiyah, artinya “Merahasiakan” atau “Menutupi.” Jadi, maghfirah dari Allah itu maknanya adalah dirahasiakan-Nya dosa-dosa dan diampuni-Nya dengan karunia dan rahmat-Nya bukan karena tobat seorang hamba atau taatnya. Dalam salah satu hadis Qudsi, Allah SWT berfirman:
“Hamba-Ku, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebanyak bumi itu pula, asal engkau tidak menyekutukan Aku.”
Al-Ghaffar itu artinya adalah Dzat yang menampakkkan kebagusan dan menutupi kejelekan di dunia, dan memaafkan hukumannya di akhirat.
Sebagaimana dikatakan di atas, bahwa makna ghafara itu adalah satara (merahasiakan), maka yang pertama-tama dirahasiakan Allah dari hamba-hamba-Nya adalah: dijadikan-Nya keburukan-keburukan badan mereka tertutup di batin mereka, ditutupi oleh kebagusan lahir mereka. Kedua, pikiran jahat dan keinginan buruk mereka ditempatkan-Nya di dalam kalbu, sehingga tidak ada orang yang dapat melihatnya; seandainya segala yang terpendam di dalam hati mereka berupa sifat khianat, buruk sangka dan semua sifat buruk itu tampak dari luar, tentu mereka akan celaka karenanya. Ketiga, dengan maghfirah-Nya itu pula Allah telah merahasiakan dosa-dosa manusia yang sebenarnya pantas dipermalukan di hadapan orang banyak, namun Dia berjanji akan menggantikan kejahatan-kejahatan mereka dengan kebaikan dan janji-Nya adalah benar.
Keberuntungan seorang hamba dengan ism ini diisyaratkan, bahwa ia harus merahasiakan aib orang lain sebagaimana ia ingin orang lain merahasiakan aibnya. Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa merahasiakan aib orang mukmin, niscaya Allah pun akan merahasiakan aibnya pada hari kiamat.”
Dikisahkan bahwa pada suatu hari Nabi Isa as. dan para pengikutnya berjalan melewati bangkai seekor anjing yang telah membusuk. Lalu para pengikutnya berkata: “Alangkah busuknya bau bangkai anjing ini!” Namun nabi Isa as. menjawab: “Alangkah bagusnya gigi putih anjing ini!” Ucapan beliau ini untuk mengingatkan mereka, bahwa seyogyanya yang disebutkan dari segala sesuatu itu adalah kebaikannya, bukan keburukannya.

10.Al-Hasib
Al Hasib sama dengan Al-Kafiy, artinya Yang Mencukupi; berasal dari kata ahsabani atau kafani, dan hasbiyallah atau kafaini. Dia adalah Dzat yang meng-hisab makhluk di hari kiamat kelak. Imam Al-Ghazali berpendapat, bahwa Al Hasib itu berasal dari kata hasiba yang artinya “terhormat dan sempurna.” Pendapat lain mengatakan, bahwa al hasbu itu adalah al-iktifa‘, artinya bahwa Al-Hasib ialah Dzat Yang Memberikan segala kebutuhan hamba-hamba-Nya. Dan ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ism itu berasal dari kata al-ihsha’, yaitu yang meng-hisab segala amal perbuatan hamba-hamba-Nya menurut kelompoknya masing-masing. Orang-orang kafir dijadikan-Nya meng-hisab diri mereka sendiri, lalu mereka memutuskan atas diri mereka hukuman neraka, kemudian mereka pun memasukinya. Ahli iman dan kamal (orang sempurna) di-hisab oleh para malaikat, disaksikan oleh orang banyak dengan teliti, guna menampakkan keutamaan mereka agar menjadi hujjah atas orang selain mereka. Sedangkan kebanyakan kaum mukminin yang berhak mendapat siksa, Allah meletakkan tangan-Nya atas mereka lalu mereka mengakui dosa-dosa yang telah mereka perbuat, kemudiian Allah mencerca mereka atau menyiksa mereka dan setelah itu mengampuni mereka. ltulah hisab (perhitungan) sesuai dengan kehendak Allah SWT, sehingga dengan demikian perhitungan itu berjalan dengan cepat.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa semua makhluk itu di-hisab pada waktu yang sama; Mahasuci Allah yang memiliki kekuasaan atas hal itu. Dia berfirman:
“… Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.” (QS. Al-An’am: 62)
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan agar Anda takut kepada Allah SWT, serta mengharapkan dan menggagungkan-Nya.

NB:TUGAS AGAMA DARI PAK GUNAWAN :)

Tidak ada komentar: